Selasa, 18 September 2012

Menggapai Profesionalisme Berfilsafat Banyak sekali esensial dalam filsafat ilmu, tapi intinya bagaimana memposisikan diri kita. Namun pada dasarnya adalah bagaimana kita melaksanakan oleh pikir sesuai dengan konteksnya. Semua harus bisa sesuai dengan dimensi ruang dan waktu. Kita tidak pernah menempati ruang dan waktu yang sama, bahkan bumi pun tidak menempati ruang dan waktu yang sama. Bumi terus bergerak berevolusi dan berevolusi mengelilingi matahari. Ruang dan waktu adalah kesempatan jadi bagaimana kita bisa memnfaatkan ruang dan waktu. Berfilsafat haruslah profesional. Prinsip berfilsafat kadang begitu enteng, ringan, artinya jika kita sudah menemukan wadahnya. Bahkan karena begitu ringannya maka bisa menjadi kosong. Kadang orang bilang filsafat itu omong kosong. Kalau berbicara ke bawah siapa berhak bicara adalah siapa yang punya kekuasaan. Kekuasaan dalam arti luas adalah power. Bisa juga berarti uang, siapa yang punya uang, dia yang berhak bicara. Kekuasaan dalam arti jabatan, maka yang berhak bicara adalah para pejabat. Kekuasaan dapat membuat seseorang berhak berbicara, seperti berfilsafat, bukan sekedar common sense atau olah pikir orang biasa. Filsafat haruslah profesional artinya bisa mengerti multi dimensi yang ada dari sebuah ide, di atas, di bawah, di samping kanan, kiri, dan sebagainya. Filsafat dapat dicirikan pada obyek dan metodenya. Misalnya filsafat metematika objeknya adalah matematika dan metodenya bisa bermacam-macam. Objek filsafat politik, objeknya kekuasaan, metodenya bagaiman memperoleh kekuasaan. Filsafat secara umum adalah mempunyai objek kehidupan dan metodenya metode hidup/hermenitika. Sehingga ada saat-saat yang kurang disenangi. Filsafat matematika berkembang mulai dari Babilonia dan Mesopotamia, karena di daerah ini ditemukan artefact-artefact yang menunjukkan berapa lama, terdiri dari air dan juga tanah. Di lembeh sungai Trigris dan Effrat ada lempengan-lempengan tanah yang berisi tulisan-tulisan tentang matematika. Sedangkan filsafat yang tertua tertulis di Yunani, mereka telah menegakkan demokrasi, negara yang ideal yang ditunjukkan pada peninggalan-peninggalan. Pemikiran separoh adalah logika dan separohnya lagi adalah pengalaman. Pure mathematics juga baru memikirkan separo dunia saja. Matematika konsisten, matematika eksak, ini baru separo dunia. Jika demikian matematika adalah mitos. Padahal matematika adalah kontradiksi. Filsafat adalah manajemen ruang dan waktu, jadi berfilsafat adalah omongan para orang tua. Dimana orang tua atau dewasa telah bisa berfikir atau peka terhadap ruang dan waktu. Jika tidak demikian maka sedang terganggu penyakit filsafat. Elegi digunakan dalam program menjaga kesehatan, artinya agar filsafat tidak pincang. Filsafat harus seimbang. Dalam filsafat memperbincangkan yang ada dan yang mungkin ada. Segala yang belum ada di dalam pikiran berarti sesuatu itu adalah yang mungkin ada. Sedangkan yang ada adalah segala yang sudah ada di dalam pikiran. Jadi objek filsafat adalah yang ada dan yang mungkin ada. Filsafat selalu dalam harmoni, satu dengan yang lain adalah merupakan tesis dan antitesis. Berfilsafat adalah mensistesis, artinya meninteraksikan antara tesis dan antitesis. Mesir adalah tesis dari orang Yunani, orang Yunani adalah antitesis dari Mesir. Tesis dan atitesis adalah kodrat. Pusat budaya adalah kerajaan yang mengajarkan tata cara formal. Raja tidak bisa hidup sendiri. Ada patih, punggawa, sentono dasn sebagainya. Kalau di daerah yang lain adalah tidak berdasar pada kekuasaan. Cerita-cerita di daerah keraton adalah mengenai kepahlawanan dan kekuasaan. Jadi berbeda-beda perkembangan satu daerah dengan daerah lain. Misalnya wayang, di daerah Jogja dan Solo bisa berbeda. Dalam filsafat, hal yang satu dengan yang lain selalu berhubungan. Kebutuhan hidup manusia yang primer adalah air dan makanan. Jika tidak ada air manusia tidak bisa hidup. Maka manusia akan hidup disekitar sungai, disinilah tumbuh peradapan manusia. Misalnya sungai Nil yang mengalir di sepanjang tujuh negara. Kodrat manusia bisa mengidentifikasi apa yang ada di sekitarnya. Misalnya anak kecil mengidentifikasi apa saja yang ada disekitarnya, kesadaran keluar atau rasa ingin tahu. Dalam filsafat harus memiliki kesadara keluar dan kedalam. Hanya orang dewasa yang mampu melakukan kesadaran ke dalam. Orang Yunani mengembangkan prisip-prinsip yang ditemukan oleh bangsa Mesir kuno. Pehitungan yang dilakukan orang Yunani dalam matematika adalah dengan cara mencoba-coba. Inilah prisip dasar mencari ilmu separoh dunia dengan cara pengalaman (coba-coba). Thales, mencari cara bagaimana supaya diterima. Abstraksi dilakukannya, sembarang segi empat luasnya beraoa. Bentuk formal di jaman Yunani kuno dalam artian, orang Mesir kuno menemukan bahwa jika ada segitiga siku-siku yang panjang sisi siku-sikunya diketahui maka dapat menghitung sisi yang lain. Pentingnya matematika dapat diterapkan dalam berbagai dalam hal kehidupan. Misalnya dalam proses membangun rumah. Ilmu matematika juga sangat penting dalam penerapan prinsip-prinsipnya. Matematika sangat dekat dengan kehidupan kita. Hal ini sejalan dengan filsafat. Terjadi revolusi besar-besar oleh Euclides yang membuat buku 13 jilid yang berjudul unsu-unsur atau elemen. Buku ini masih berlaku berabad-abad. Buku geometri tersebut masih ada hingga saat ini, di Indonesia, di Belanda bahkan di tempat lain mungkin masih ada. Di sini dia mendefinisikan, titik, garis, sudut, bidang, kubus. Kubus diajarkan dibelakang. Secara psikologis bertentangan. Yaitu Gestalt bahwa pertama yang dikenal adalah bentuk luarnya, jadi dalam hal ini adalah mengenal bentuk kubus, baru diketahui detailnya. Dari kubus (bentuk umum) ke khusus. Padahal Euclides mengajarkan dari bentuk khusus (unsur-unsurnya) baru ke umumnya. Euclides membuat difinisi, teorema, aksioma, postulat. Namun semua itu hanya benar pada ruang dan waktu tertentu. Seperti halnya dengan undang-undang atau permen hanya berlaku pada orang-orang tertentu. Berbagai usaha untuk mengembangkan matematika, disponsori oleh Hilbert dengan berusaha membangun matematika yang tunggal dan kokoh yang disebut matematika formal, sampai sekarang yang dipelajari di PT adalah metematika Hilbert. Membuktikan matematika yang tidak kontradiksi atau konsisten. Kemudian murid Hilbert bernama Godel yang mengatakan jika Anda membuat matematika yang tunggal tidaklah mungkin. Hal ini bisa dicapai jika matematika tidaklah lengkap. Demikian refleksi perkuliahan filsafat ilmu yang dapat saya tuliskan. Dan di bagian akhir dari refleksi ini masih muncul pertanyaan yang perlu saya tuliskan, yaitu: 1. Apakah ada batasan-batasan mengenai matematika formal? 2. Bagaimana seseorang yang mempelajari matematika sadar bahwa dia telah mempelajari seluruh dunia, bukan setengah-setengah? Refleksi Kuliah Filsafat Ilmu Dosen pengampu Dr. Marsigit Senin, 17 September 2012 07.30 – 09.00 WIB Ruang 102 gedung lama Program Pascasarjana UNY

Tidak ada komentar:

Posting Komentar